Tebar Kedamaian dengan Sikap Rahmah

Selasa, 21 Agustus 2018 - 10:02 WIB
Tebar Kedamaian dengan Sikap Rahmah
Tebar Kedamaian dengan Sikap Rahmah
A A A
ARAFAH - Jamaah haji diajak untuk selalu menebarkan nilai-nilai perdamaian dan saling menolong dalam kehidupan sehari-hari.

Jika prinsip itu diwujudkan dengan sungguh-sungguh, ada harapan umat muslim bukan hanya mampu menyelesaikan berbagai kemelut pertentangan di level dunia Islam. Umat Islam diyakini memiliki potensi dan kekuatan besar atas terwujudnya perdamaian bagi seluruh umat manusia.

Ajakan tersebut disampaikan Naib Amirulhaj Indonesia KH Yahya Cholil Staquf dalam khutbah wukufnya di tenda Misi Haji Indonesia di Arafah kemarin. Yahya menilai dewasa ini seluruh dunia sedang dilanda kemelut pertentangan dan permusuhan. Kemelut dan konflik juga tak luput terjadi di Tanah Air.

“Jika keadaan ini diteruskan, kita tidak akan bertahan sebagai bangsa,” ujarnya. Kemanusiaan dan seluruh peradaban dunia pun tidak akan bertahan dari ancaman keruntuhan. Di tengah kondisi ini bangsa Indonesia dan seluruh umat manusia membutuhkan rekonsiliasi baik rekonsiliasi bangsa dan rekonsiliasi peradaban.

“Dan jika kita mencari titik tolak untuk rekonsiliasi, itu adalah rahmah. Mari memilih rahmah,” pesan Yahya. Sikap mental rahmah adalah kesadaran untuk menghadirkan diri seperti rahim ibu yakni merengkuh, melindungi, dan menghidupi. Sikap-sikap ini bisa menumbuhkan rasa saling menolong, menghormati, dan menebarkan perdamaian yang hakikatnya juga menjadi kunci kemabruran haji.

Rahmah, menurut Yahya yang juga anggota Dewan Pertim bangan Presiden (Wantimpres), merupakan satu-satunya tujuan Allah mengirim utusan-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW, ke semesta alam. Sebagai sikap, rahmah adalah pilihan.

“Kita mungkin dalam keadaan jengkel, marah, sakit hati, ngenas, tapi tetap bisa memilih rahmah, kemudian memaafkan dan mendamaikan,” katanya. Orang yang sedang memegang kekuasaan besar juga mampu berbuat apa pun kepada siapa pun. Kendati demikian, orang tersebut tetap bisa memilih rahmah seperti dengan menyantuni dan menegakkan keadilan.

Demikian halnya Allah pun bisa murka, menghukum, menim pakan azab kapan saja. Tapi, sesungguhnya Allah memilih rahmah. Kemudian Allah menegaskan, “Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku.”

Tiga tema pokok dalam haji adalah menahan hawa nafsu (laarafats), ‘iffah (menghindari maksiat-laafusuuq ), dan kerukunan (laa jidaal). Sebagai sikap, menurut Yahya, ketiganya merupakan buah keputusan untuk memilih dengan penuh kesadaran moral dan nalar, bukan semata-mata dorongan hasrat atau emosi.

“Hawa nafsu mendorong kita untuk bertindak memenuhinya, tapi kita bisa memilih untuk menahan diri dan melawannya,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah ini. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin yang juga Amirulhaj mengatakan, dua tanda haji mabrur adalah meningkatnya rasa kepedulian dan menebarkan kedamaian di mana pun berada.

“Maka mari kita manfaatkan di Tanah Suci untuk memperbanyak ibadah agar menjadikan haji kita mabrur,” ujarnya. Menag juga berpesan, saat wukuf jamaah berada di dimensi ruang dan waktu yang sangat istimewa. Karena itu, dia meminta untuk mendoakan bangsa dan negara Indonesia agar selalu mendapat perlindungan dari Allah SWT.

“Semoga kita juga dihindarkan dari cobaan dan bencana, perselisihan dan permusuhan, serta ditingkatkan rasa persaudaraan demi terpeliharanya keutuhan NKRI,” imbuh Menag. Selain itu, pihaknya juga meminta agar jamaah mendoakan warga Lombok yang tengah mendapat musibah gempa bumi.

Dia juga menyinggung bahwa pelaksanaan wukuf kali ini hanya berselang beberapa hari dari perayaan HUT Ke-73 Kemerdekaan Indonesia. “Rasa syukur takterhingga atas nikmat kemerdekaan kita panjatkan dari tempat mulia ini,” ungkap Menag. Menag juga mengingatkan kembali pesan Rasulullah saat Haji Wada 15 abad silam, yakni kewajiban muslim menjaga darah, harta, dan kehormatan.

Menurutnya, keimanan sejati dapat dibuktikan dengan cinta sesama dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu prinsip Islam dalam membangun masyarakat adalah menyatukan individuin dividu. Semangat persaudaraan itulah yang menggerakkan kaum muslimin di Madinah untuk menyambut hangat kedatangan kaum muhajirin.

“Semangat ini penting untuk kita kembangkan, kaitannya menyongsong pesta demokrasi 2019,” tambahnya. Hadir dalam puncak wukuf di tenda Arafah ini antara lain Dubes Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel, pimpinan dan anggota DPR, DPD, BPK, serta Komisi Pengawas Haji Indonesia.

Usai menjalani wukuf, petang kemarin jamaah secara berangsur diberangkatkan ke Muz dalifah untuk bermalam (mabit ) dan selanjutnya menuju Mina. Pemberangkatan dilaporkan berjalan lancar dengan trans portasi bus yang beroperasi secara bolak-balik. Hujan dan badai pasir juga tak lagi terjadi seperti sehari sebelumnya.

General Authority for Meteorlogy and Environment Protection Arab Saudi menyatakan, suhu di wilayah prosesi haji mencapai 43 derajat Celsius, sementara kelembapan akan mencapai 65%. Juru Bicara Direktorat Pertahanan Sipil Arab Saudi Kolonel Muhammad Al-Qamash mengatakan bahwa badai pasir pada Minggu malam di Arafah tidak memengaruhi keamanan para jamaah haji.

“Ada sedikit kerusakan pada sejumlah tenda dan mereka telah dikembalikan pada keadaan normal. Situasi keseluruhan di tempat-tempat suci stabil,” ujarnya, seperti dikutip dari Saudi Gazette.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3691 seconds (0.1#10.140)